Selasa, 09 Maret 2004

Membaca Garis Tangan SULBAR

Sunday, June 11, 2006
MEMPERTANYAKAN KEMBALI PERJUANGAN PROPINSI SULAWESI BARAT
PERAHU NUH ATAU KUDA TUNGGANGAN ?

Adalah hal yang pasti dalam setiap perjuangan, pada segala zaman, dalam ruang waktu kehidupan, akan ditemukan seribu satu macam kepentingan. Kepentingan-kepentingan tersebut mungkin saja akan saling bertentangan meski tetap saja ada harapan agar kepentingan-kepentingan tersebut bisa berjalan selaras demi sebuah "kepentingan" yang lebih besar yaitu tujuan awal perjuangan.
Dalam wacana tentang sebuah ide atau gagasan, maka substansi kepentingan akan sangat bergantung pada pengide atau penggagas. Namun sejalan dengan perkembangan serta perjalanan sejarah suatu perjuangan, terlebih lagi bila dalam prosesnya dianut system terbuka, maka akan menyusul kepentingan-kepentingan lain yang akhirnya menciptakan bias dalam pencapaian tujuan awal. Mungkin saja kepentingan yang muncul belakangan bisa berjalan selaras dengan ide/gagasan awal dari sebuah perjuangan, namun sayangnya, tidak menutup kemungkinan pula, kepentingan yang baru muncul tersebut berpotensi mengorbankan sebagian dari gagasan awal -yang tidak sesuai dan ditengarai akan menjadi hambatan bagi kepentingan baru tersebut kelak di kemudian hari-.
Bila kita melihat kembali gagasan awal dari pembentukan propinsi Sulawesi Barat, maka -akan kita dapatkan tak lain dan tak bukan- tujuannya adalah pengembangan segala potensi kawasan dari eks-afdeling Mandar sehingga daerah tersebut bisa lebih berkembang, makmur, adil dan sejahtera di masa datang serta menjadikan masyarakatnya percaya diri dan bangga bisa sejajar dengan kawasan lain di Indonesia. Potensi yang terkandung di bumi Mandar tersebut baik berupa sumber-sumber alam maupun potensi Sumber daya Manusia yang secara politik dan ekonomi merupakan jumlah yang cukup signifikan (bahkan mencengangkan) di pesisir barat Sulawesi. Potensi yang sebenarnya sudah sekian lama menunggu untuk dimanfaatkan dan dikembangkan.
Melihat kenyataan tersebut, maka bukan hal yang berlebihan bila pihak-pihak yang memiliki kepentingan ekonomi dan politik kemudian melirik kawasan Mandar sebagai sasaran operasi baru. Bila kekhawatiran tersebut betul-betul terbukti, maka Propinsi baru yang sudah puluhan tahun diperjuangkan dan akhirnya menjadi kenyataan ini akan diperhadapkan pada beberapa pilihan.
Pertama, perjuangan yang telah mengorbankan banyak pihak baik itu secara finansial, tenaga ataupun secara moril akan menjadi ajang pembalasan jasa sebagai pamrih atas apa yang telah dikorbankan, cepat atau lambat. Hal yang menjadi hambatan disini adalah tidak adanya catatan otentik tentang jumlah pengorbanan secara riil serta identitas pihak-pihak yang telah berkorban tersebut.
Kedua, adanya kesepakatan dari semua pihak yang telah berjuang atau merasa berjuang dulu dan sekarang untuk mengikhlaskan perjuangan mereka tanpa mengharapkan balasan apapun. Meskipun sulit sekali, hal ini mungkin saja terjadi. Ketiga, perjuangan yang selama ini mengatasnamakan masyarakat/rakyat dikembalikan kepada masyarakat, sehingga baik dalam masa-masa sulit (misalnya dalam pengusahaan dana untuk perjuangan atau untuk membayar utang dari perjuangan) maupun dalam masa-masa senang nantinya, rakyatlah yang akan menentukan nasib mereka. Hal ini akan dilakukan dengan jalan memilih wakil-wakil mereka di legislatif maupun di pemerintahan secara langsung, jujur dan adil.
Ketiga altematif tersebut adalah pilihan-pilihan bagi kelangsungan perjuangan dengan mengingat bahwa terbentuknya propinsi Sulawesi Barat barulah salah satu tonggak awal dari perjuangan. Mungkin yang akan terjadi nanti tidak ada yang sesuai dengan tiga alternatif di atas. Bisa jadi pula, perpaduan di antara ketiga alternatif tersebut.
Dari uraian di atas, kita akan melihat apakah proses politik yang sekarang terjadi di Propinsi Sulawesi Barat hanyalah menjadi kuda tunggangan bagi satu atau beberapa orang/pihak tertentu untuk mencapai tujuannya masing-masing, ataukah perjuangan ini akan menjadi sebuah perahu yang akan mengantarkan seluruh rakyat -yang selalu diatasnamakan- menuju pulau harapan.
Sebuah perahu yang menghilangkan kemungkinan adanya pihakyang akan tiba lebih dahulu di tujuan atau ada rakyat yang tertinggal di belakang.
Namun, seperti layaknya sebuah perahu/kapal, mungkin akan ada yang berada di kelas utama, kelas wisata dan kelas ekonomi, namun hal itu tidak akan menjadi masalah karena perjuangan tersebut terbingkai dalam sebuah lingkaran yang lebih lebar.
Akhirnya, berbekal harapan dan keteguhan berjuang untuk kemaslahatan seluruh Tanah Mandar, semoga dengan tetap menjaga kebersamaan, perjuangan akan selamat sampai di tujuan.

posted by rhavii @ 5:00 AM 2 comments